PGRI Berbenah: Gedung Guru Bertambah Fungsi Menjadi Wisma Guru - PGRI NTB

Breaking

PGRI NTB

RUMAH PERJUANGAN GURU

About

MEDIA CENTER PGRI NTB

Senin, 04 Mei 2015

PGRI Berbenah: Gedung Guru Bertambah Fungsi Menjadi Wisma Guru

[H.M. Ali H. Arahim]
H. M. Ali H. Arahim, dalam kiprahnya dua periode menakhodai PGRI NTB bukanlah hal mudah untuk dilakoni. Namun demikian akan menjadi mudah bilamana tergurat dan tertenun dalam dirinya ilmu dan etos kerja profesional. Tekad besar telah dipancangnya untuk mengantarkan PGRI kedepan yang lebih maju dalam semangat mendulang guru yang bermartabat dan profesional. Berbagai macam sembilu cobaan yang dihadapi, tidak sedikitpun menjadi penghalang dalam semangat jiwanya membangun PGRI sebagai organisasi profesi dan organisasi perjuangan guru dan tenaga kependidikan yang handal dan profesional.

KABAR gembira bagi para guru di Nusa Tenggara Barat (NTB), gedung guru yang beralamat di Jln.Kaktus No.8 Mataram kini telah bertambah fungsi menjadi wisma guru. Pengembangan tersebut tidak banyak merubah struktur bagunan aslinya yang berlantai dua, namun terdapat modifikasi pada seluruh ruangan. Ruangan-ruangan tersebut disket menjadi kamar-kamar tidur setara hotel bintang dua dengan 3 kamar VIP dan ruangan sekretariat.

Gedung milik para guru yang tergabung dalam organisasi profesi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ini terasa semakin melengkapi kebutuhan para guru. Hal ini tentunya menjadi sebuah kebanggaan yang luar biasa. Berbagai kegiatan pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru akan di mulai dari sini terlebih lagi bagi para guru dan keluarganya yang berasal dari luar Kota Mataram.

Ketua PGRI NTB menjelaskan, setelah terwujudnya wisma guru yang sudah lama kita angankan ini, sekarang sudah bisa kita rasakan azas manfaatnya. Alhamdulillah, guru yang menginab tidak perlu mengeluarkan biaya besar dibandingkan hotel maupun penginapan lainnya. Begitu pula para tamu umum atau siapa saja yang berkeinginan, bisa menyewa wisma guru, tentu saja dengan harga murah dan bersaing.

Wisma guru dalam segi kelengkapan fasilitaspun tidak kalah saing seperti wisma lainnya, memiliki (1). Meeting room berkapasitas 35 orang, (2). Aula kegiatan berkapasitas 250 orang, (3). 30 Kamar tidur, (4). 3 Kamar VIP (5). 1 Ruangan sekretariat (6). Fasilitas ibadah, musholah dan olahraga, yang tidak kalah penting juga berlokasi di jantung ibu kota Provinsi NTB, Mataram.

Organisasi profesi PGRI akhir-akhir ini terlihat banyak perubahan. Tidak saja dari segi peningkatan kompetensi dan kualifikasi para gurunya, namun juga fasilitas penunjangan aktifitas para guru pun terus mengalami peningkatan. Ini pertanda bahwa PGRI semakin nyata telah menjadi benteng kebersatuan para guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di Negeri ini. Masa depan Negeri ini ada di pundak guru.

Perubahan di tubuh PGRI tidak luput dari kepiawaian sosok pemimpin yang menakhodai PGRI. Ali Rahim, itulah sapaan akrab ketua PGRI NTB. Tidak bisa di lupakan kepiawaian dan loyalitasnya dalam menyikapi berbagai persoalan yang menghimpit para guru maupun persoalan yang terjadi dalam tubuh organisasi itu sendiri.

Dikenal sebagai sosok yang cukup bijaksana dan memiliki segudang pengalaman dalam menyikapi berbagai persoalan yang muncul di internal PGRI. Diantaranya penilaian miring sebagian seorang terhadap dirinya. Di nilai pemimpin yang arogan dan otoriter. Namun bagi Ali Rahim hal seperti itu di anggap biasa saja. Hal seperti itu bisa saja di alami oleh semua pemimpin dalam hal apa saja yang dipimpinnya. “Bagi saya, itu adalah salah satu seni dalam kepemimpinan dan cambuk untuk kita bisa beranjak lebih dewasa lagi untuk menjadi pemimpin yang unggul, berwibawa dan karismatik”. Ungkapnya.

Tidak sampai di situ saja. Tangan dinginnya melakukan pembenahan dalam tubuh PGRI. Saat ini telah terbentuk beberapa anak lembaga PGRI NTB, seperti: Dewan Pembina PGRI, LKBH (Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum), YPLP (Yayasan Pembina  Lembaga Pendidikan), DKGI (Dewan Kehorman dan Kode Etik Guru Indonesia), dan Asosiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer yang bertujuan untuk menangani berbagai persoalan yang terjadi di kalangan para tenaga honorer di NTB. Dilihat dari terobosan ini, rasanya lengkap sudah kebutuhan dalam memberikan perlindungan terhadap para guru di NTB tanpa membedakan status PNS atau non PNS. Semoga. [ufiq] 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar